Setiap orang dilahirkan pasti memiliki bakat. Bakat adalah suatu kemampuan yang “tertidur” dalam diri kita yang ada sejak kita lahir dan merupakan kemampuan yang lebih menonjol daripada yang lain, baik secara intelektualitas maupun secara praktis. Pada masyarakat, berbagai orang mampu mengenal dengan baik bakat yang dia miliki dan mampu mengembangkannya sehingga menjadi orang sukses di masa mendatang. Beberapa pendapat juga mengatakan, melalui pengembangan bakat, seseorang akan “lebih” dari orang lain. Artinya, bagi orang-orang ini asal dengan “bakat”, kita dapat menjadi orang-orang sukses.
Benarkah demikian? Jadi, orang-orang yang tidak mempunyai bakat akan suatu bidang tertentu, tidak dapat menjadi sukses?
Sebelum kita lanjut, simaklah kisah berikut ini
Adalah seorang anak yang sejak umur 3 tahun mengalami kebutaan akibat kecelakaan ketika asik memainkan peralatan tukang ayahnya. Jara, alat untuk melubangi kulit, tak sengaja masuk ke matanya. Infeksi kebutaan pada matanya ini menyebabkan sympathetic ophthalmia pada mata yang satunya lagi. Penyakit ini menyebabkan kedua matanya buta. Hal ini jelas menyebabkan anak ini mengalami kesedihan dan jatuh mental. Namun, dia tidak menyerah dalam keputusasaan. Dia menunjukkan kemauan yang keras untuk berusaha dan belajar. Akhirnya, pada usia 10 tahun, dia mampu mendapatkan beasiswa untuk belajar di Royal Institutional for Blind Youth di Paris, merupakan pusat belajat untuk anak tunanetra. Dan hanya berselang 5 tahun, dia mampu menemukan suatu sistem ideal untuk membantu para tuna netra lainnya untuk membaca, yaitu sistem Braille. Ya, anak ini bernama Louis Braille, sang penemu sistem Braille.
Bila dipikir secara logika, seorang anak yang buta, tidak memiliki bakat bahkan kemampuan untuk membaca apalagi belajar. Namun, ternyata dia bahkan mampu mendapatkan beasiswa dan dapat menemukan sistem Braille. Braille hanya salah satu contoh dari banyak orang yang tidak berbakat namun sukses. Contoh lainnya adalah Bethoven. Walaupun dia tuli namun dia masih dapat membuat musik bahkan menjadikannya sangat terkenal. Berikutnya ada Thomas Alva Edison, yang di keluarkan dari sekolahnya karena selalu mendapat nilai jelek di sekolahnya, namun pada akhirnya, dia dapat menemukan telpon dan menjadi orang sukses. Jadi, masih bisakah anda berkata hanya orang berbakat yang bisa sukses?
Menurut saya, orang tidak memerlukan “bakat” untuk sukses, kita hanya perlu sebuah “usaha”. Bahkan orang-orang yang tidak memiliki bakat akan suatu bidang tertentu pasti bisa sukses, bila dia memiliki komitmen dan kemauan untuk berusaha. Bakat tak lebih hanya sekedar alat bantu bagi segelintir orang. Namun, bagi banyak orang, yang pada akhirnya menentukan hidup ini adalah usaha kita. Mungkin, orang yang memiliki bakat belajar, hanya memerlukan waktu 20 menit untuk belajar, sedangkan untuk yang tidak memiliki bakat belajar, kita memerlukan waktu 60 menit untuk belajar agar sama seperti dia. Tapi, hal ini bukan berarti kita tak dapat melampaui dia kan? Tambahkan saja usaha 10 menit dari 60 menit tadi, maka anda akan lebih 10 menit dari dia. Bila kita mau berusaha pasti bisa. Bila engkau memang suka, lakukanlah. Oleh karena itu, jangan meributkan hal-hal kecil seperti “saya tidak bisa melakukan itu”, “saya tidak mampu melakukan itu”, “saya tidak akan bisa sukses seperti dia”, bila anda berpikir begitu, anda salah! Anda “bisa”! Sering kali juga dalam kehidupan ini, kita melihat orang-orang yang lebih sukses dari kita dan berkata dalam hati, “Andai saja saya mempunyai bakat seperti dia”, atau “Andai saja saya punya kemampuan seperti dia”. Bila anda masih juga berpikir seperti demikian, coba anda pikirkan kembali. Sudahkah anda mencoba untuk menjadi seperti dia? Sudahkan anda berusaha? Awalnya pasti memang berat, hidup kita juga akan penuh penderitaan, tapi sedikit demi sedikit, kita akan maju dan akhirnya dapat mencapai yang kita inginkan. Asal dengan kemauan, tekad, dan usaha, kita juga dapat menjadi orang yang lebih sukses dari sekarang. Mulai dari sekarang, cobalah untuk lebih berusaha. Jangan putus asa dan cepat menyerah! Hidup ini ada di tangan kita. Bila Braille bisa sukses, kenapa kita tidak?
We’ll never know ‘till we have tried, isn’t it?
Quotes: “Cobalah untuk memulai berusaha, berikutnya berusahalah untuk maju, dan selanjutnya berusahalah untuk mempertahankannya. Sebab hidup cukup adil untuk setiap orang yang mau berusaha. Usaha adalah awal dari kesuksesan.”- Tommy Dharmaji


5 comments:
Beethoven memang keren..
Hehehe..
Tp quotesnya lbh keren lg, apalagi dibikin sendiri..
Hn, tambh byk pembacamu ya, Tom. Ada jg yg sdh trinspirasi tawwa. Selamat2 Λ_Λ
Halo, Tom! Kebetulan sekali nama kita sama. Dalam 1 bulan ke dpn, sy sdh akan resmi sbg drg. Hebat bukan? Sy juga memiliki wajah yg cakep, org tua sy kaya, sy pux byk teman, dan byk wanita yg mendekati saya. Sebentar lg sy menikah. 2 bulan yg akan dtg. Tapi, skrg semuax tinggallah kenangan sejak sy divonis positif HIV sebulan yg lalu. Duniaku seketika hancur. Pernikahan batal, karierku pasti akn hancur jg. Dan skg semua teman2ku menjauhiku.. Ini semua tjd krn dl sy tdk berhati2 saat menyuntik pasien.. Skg saya ingn mati saja. Sy yakin tak akan ada yg sedih walau sy mati. Sy merasa Tuhan tak adil dan kejam.. Tlg bantu saya. Cara mati apa yg plg tdk menyakitkan?
tommy.. slamat yAaa buat blog-nya yang akhirnya sudah jadi jugaa.hahaha
sa paling suka kata-kata yang ini: Cobalah untuk memulai berusaha, berikutnya berusahalah untuk maju, dan selanjutnya berusahalah untuk mempertahankannya. Sebab hidup cukup adil untuk setiap orang yang mau berusaha. Usaha adalah awal dari kesuksesan...... baguss sekali!!hahaha
o io, untuk yang next, request cerita motivasi yang berdasarkan pengalaman pribadi yaa!!hahaha ditunggu
For Judith:
Haha...thanks~ udah jadi followerku...
Welcome to my blog^^ Be inspired and inspire others. Keep moving on!
For Ria:
Waaa, ikut-ikut komen juga...haha...thanks~ jadi followerku donk...wkwkwk...
Oke...tar nanti saya coba buat cerita-cerita motivasi dari pengalaman pribadi...ditunggu aja^^...
Untuk Tom:
Wah...saya turut prihatin atas kondisi kamu sekarang...jujur banget, saya ikut syok mendengarnya...bila aku jadi kamu juga, entah bagaimana rasanya hidup ini...mungkin sudah tidak ada nafsu hidup lagi ya...
Saya tak mampu berkata banyak, namun hanya sedikit ingin memberi motivasi. Tapi, pasti sulit bagimu sekarang untuk menerima motivasi dariku, bila berkenan, silahkan diteruskan...
Pada dasarnya setiap orang di dunia ini akan kembali juga kepada Tuhan dengan cara masing-masing. Ada yang cepat dan ada yang lambat. Ada yang sadis dan ada yang perlahan-lahan. Hidup ini diberikan agar kita dapat memanfaatkannya dengan baik.
Tom, bila Engkau ingin mati, itu pilihanmu. Tapi, saranku lebih baik jangan. Mati hanyalah lari dari kehidupan. Mati hanya justru lebih menyusahkan banyak orang. Lalu, pasti kamu bertanya-tanya, "bisa apa aku sekarang?". Tom, masih banyak yang bisa kamu lakukan sebelum kamu mati. Cobalah untuk menjadi terang bagi orang lain. Cobalah untuk kembali berbagi "kasih" kepada orang lain. Perlahan tapi pasti, orang-orang akan kembali padamu. Orang-orang justru akan menangis akan kepergianmu. Cobalah memberi cinta bagi sesama. Dengan membantu siapa saja, biar engkau tidak kenal. Sedetik, semenit, sejam, luangkan sisa hidupmu untuk orang lain.
Maka, dalam diri orang itu, ada "hati"mu yang telah kau berikan. Dalam diri orang itu, ada "hidup"mu yang telah kau titipkan untuk masa depan selanjutnya. Hidupmu tak akan sia-sia.
Pernah baca "One Liter of Tears?" Ini kisah nyata, di mana seorang Aya Kito. Pada usia 15 tahun, dia divonis menderita penyakit yang dinamakan Spinocerebellar ataxia. Penyakit itu menyebabkan penderitanya mengalami penurunan kontrol terhadap gerakan dirinya secara bertahap, yang diakhiri dengan kelumpuhan total. Tidak ada obat (setidaknya sampai saat itu) untuk penyakit ini. Di dalam film ini digambarkan perjuangan seorang Aya untuk tetap hidup di tengah penyakit mengerikannya itu. Dia pun membuat diary kehidupannya, dimulai sejak dia masih dapat menulis dengan mudah, hingga pada tubuhnya tidak mengizinkannya untuk menulis, bahkan membuat sebuah guratan garis... Dan buku itu diberi judul "1 Litre no Namida" atau "1 Litre of Tears".
Ada juga buku mengenai "Diving Bell and The Butterfly." Buku ini juga mengisahkan seorang Bauby yang punya kehidupan dan kejayaan hingga akhirnya terkena stroke. 20 hari kemudian, dia sadar namun hanya dapat mengedipkan matanya. Bauby sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuhnya, meskipun dia masih bisa bernafas dan berpikir selayaknya orang normal. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan hanyalah mengedipkan mata kirinya. Bahkan, seandainya ada seekor lalat yang hinggap di hidungnya, dia tidak dapat mengusirnya. Di tengah keadaannya yang begitu parah, dia ternyata masih dapat berkomunikasi dengan terapisnya, Henriette Durand. Bagaimana cara komunikasinya? Gampangnya, Henriette akan menyebutkan alfabet yang ada dari A hingga Z beserta dengan tanda-tanda baca dengan jeda tertentu. Jika dia menyebutkan huruf yang ingin Bauby sampaikan, Bauby akan mengedipkan mata kirinya. Kemudian, Henriette mencatatnya dan mengulang menyebutkan alfabet dari awal untuk mengetahui huruf berikutnya yang ingin Bauby sampaikan. Dengan cara itulah buku "Diving Bell and The Butterfly" ditulis, dengan mengeja setiap huruf demi huruf dan memperhatikan respon Bauby yang mengedipkan mata kirinya. Bauby wafat beberapa hari setelah bukunya diterbitkan karena penyakitnya.
Percayalah, Tuhan menyayangi kita. Dia tidak menghendaki kita untuk bunuh diri. Kita berharga di mataNya. Oleh karena itu, jangan sia-siakan hidupmu hanya untuk bunuh diri. Gunakanlah dengan baik, hingga engkau benar-benar dipanggil olehNya... God Bless you, Tom...
Post a Comment